Ilmu gizi daur Kehidupan "Lansia"
PENDAHULUAN
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan
kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan
tubuh untuk melakukan kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan
gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya, selain itu dapat
menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang
usia.
Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.
Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.
Batasan usia
Lansia :
•Durmin (1992) membagi lansia
menjadi young elderly (65-74 tahun) dan older elderly (75 tahun keatas).
•Munro (1987) membagi older
elderly menjadi 2 yaitu usia75-84 dan 85 tahun keatas
•M. Alwi Dahlan : lansia adalah
orang yang telah berusia 60 tahun atau sudah masuk pada masa pensiun
Keberhasilan pembangunan terutama di
bidang kesehatan secara tidak langsung telah menurunkan angka kesakitan dan
kematian penduduk serta meningkatkan usia harapan hidup Indonesia di tahun 2000 yaitu
sekitar 64,5 tahun. Menurut UU no. 13 tahun 1998 meskipun tidak sekaligus hal
ini berarti peningkatan mutu kehidupan akan menimbulkan perubahan struktur
penduduk dan sekaligus menambah jumlah penduduk berusia lanjut (Arisman, 2004:
76).
Kesehatan
dan gizi merupakan hak asasi manusia dan merupakan faktor yang sangat
menentukan kualitas sumber daya manusia. Dengan pesatnya perkembangan IPTEK
yang meliputi berbagai bidang termasuk kesehatan telah dirumuskan paradigma
sehat di mana perencanaan dan pelaksanaannya pembangunan di semua sektor agar
mempertimbangkan dampak positif dan dampak negatif pada status kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat. Untuk mewujudkan paradigma sehat tersebut
telah ditetapkan Visi dan Misi Indonesia sehat 2010. Seiring kemajuan tingkat
perawatan kesehatan dan penurunan jumlah kelahiran, jumlah penduduk usia lanjut
juga semakin meningkat. Berdasarkan dari data Badan Pusat Statistik jumlah
populasi usia lanjut di Indonesia yaitu sejumlah 14.439.967 orang atau 7,18 % .
Bahwa jumlah usia lanjut di Indonesia semakin bertambah akan membawa pengaruh
besar di dalam pengelolaan masalah kesehatannya dan
kesejahteraannya.(Republika,2005)
Saat ini
angka kesakitan akibat penyakit degeneratif meningkat jumlahnya
disamping masih ada kasus penyakit infeksi dan kekurangan gizi lebih kurang
dari 74% usia lanjut menderita penyakit kronis. Adapun lima utama penyakit yang
banyak diderita adalah anemia (50%), ISPA (12,2%), kanker (12,2%), tbc (11,5%) dan
penyakit jantung pembuluh darah (29%). Masalah gizi yang sering diderita di usia
lanjut adalah kurang gizi, kondisi kurang gizi tanpa disadari karena gejala yang
muncul hampir tak terlihat sampai usia lanjut tersebut telah jatuh dalam kondisi
gizi buruk (Depkes,2003).
Bertambahnya
usia bukan menjadi penghalang untuk mendapatkan asupan zat gizi yang cukup dan
berkualitas. Pertambahan usia akan menimbulkan beberapa perubahan baik secara
fisik maupun mental. Perubahan ini akan mempengaruhi kondisi seseorang dari
aspek psikologis, fisiologis dan sosial ekonomi sebagian besar kebutuhan zat
gizi para lansia mengalami penurunan.
BAB II
ISI
II.1. Kebutuhan Energi dan zat gizi
Tabel
Angka Kecukupan Gizi (AKG) menurut Muhilal, 2002.
GOL.
UMUR
|
BB FAO
|
BB Ind
|
Energi
|
Protein
|
Laki-laki
|
||||
51
– 65 th
|
65
|
62
|
2200
|
50
|
>
65 th
|
65
|
62
|
1900
|
50
|
wanita
|
||||
50
– 64 th
|
55
|
54
|
1900
|
44
|
>
65 th
|
55
|
54
|
1700
|
44
|
AKG
digunakan hanya untuk manusia sehat menurut IMT. Setelah status gizinya
diketahui, kemudian dikonversikan dengan tabel diatas. Untuk kebutuhan zat gizi
makro, kita menggunakan acuan :
Protein :
10 % – 15 %
Lemak :
20% - 25 %
Karbohidrat
: 50% - 60%
Kebutuhan
energi Manusia secara garis besar dapat dibedakan menjadi kebutuhan energi
dasar (angka metabolisme basal / AMB) dan aktivitas kerja. Kedua kebutuhan
energi tersebut jika dijumlahkan disebut kebutuhan energi total, yaitu energi
yang dibutuhkan tubuh dalam sehari.
Metabolisme Basal
Angka
metabolisme basal adalah kebutuhan minim energi untuk melakukan proses tubuh
yang vital. Kegiatan vital meliputi mempertahankan tonus otot, sistem peredaran
darah, pernafasan, kelenjar juga untuk metabolisme dalam sel.
Faktor
faktor yang mempengaruhi angka metabolisme basal adalah bentuk tubuh, berat
badan, tinggi, usia, dan jenis kelamin. AMB tergantung dari perbandingan prosentase antara masa otot dan lemak
tubuh. Otot membutuhkan lebih banyak energi daripada Lemak. Rata-rata pria
memiliki lebih banyak masa otot dan sedikit jaringan lemak daripada wanita,
oleh karena itu AMBnya rata-rata 10% lebih tinggi. Jika seseorang memperbesar
masa ototnya, misalkan melalui olah raga, secara otomatis juga memperbesar
AMBnya. Sirkulasi hormon, stress, demam, obat-obatan atau perubahan cuaca
mempengaruhi AMB.
Tabel AMB berdasar Berat Badan
Usia
|
Wanita
|
Pria
|
||
BB (kg)
|
AMB
|
BB (kg)
|
AMB
|
|
51 - 64
|
57
|
1270 kcal
|
72
|
1580 kcal
|
über 64
|
55
|
1170 kcal
|
68
|
1410 kcal
|
Sumber : http://www.onmeda.de
Untuk menghitung total kalori yang
dibutuhkan dapat menggunakan yang disebut PAL-Faktor (physical activity level)
sebagai alat ukur untuk aktivitas kerja. Aktivitas yang berbeda diatur disini dalam PAL-Faktor, dimana dikalikan
dengan AMB. Dengan kata lain kebutuhan energi seorang individu sehari :
Kebutuhan
total energi = AMB x PAL-Faktor
Aktivitas fisik
|
PAL-Faktor
|
Tidur
|
0,95
|
Hanya duduk atau tiduran
|
1,2
|
Aktivitas duduk dengan sedikit atau tanpa
aktivitas lain di waktu senggang, contoh : Pekerja Kantor
|
1,4 - 1,5
|
Aktivitas duduk dengan aktivitas lain,
contoh : Mahasiswa, Buruh pabrik, pekerja Laboratorium, Sopir truk
|
1,6 - 1,7
|
Aktivitas berjalan atau berdiri, contoh :
Penjual, Pelayan restoran, Mechaniker, ibu rumah tangga
|
1,8 - 1,9
|
Pekerjaan
dengan beban berat, contoh : Kuli bangunan
|
2,0 - 2,4
|
Sumber : http://www.onmeda.de
Dalam penghitungan PAL-Faktor
diambil rata-ratanya kemudian dikalikan dengan AMB. PAL-total = [PAL Bekerja + PAL Waktu senggang + PAL Tidur] / 3
Contoh penghitungan :
Seorang pedagang (PAL bekerja = 1,8)
wanita berusia 60 tahun (BB = 57 kg; AMB = 1270 kcal), dalam waktu senggang
melakukan aktivitas duduk dan tiduran (PAL = 1,2).
Dihitung terlebih dahulu PAL-total =
(1,8 + 1,2 + 0,95) / 3 = 1,3. Selajutnya PAL-total dikalikan dengan AMB. Maka
kebutuhan energi yang bersangkutan adalah 1,3 x 1270 kcal = 1651 kcal perhari.
II.2. Pedoman Gizi Seimbang
Untuk meningkatkan pemahaman
dan kemampuan masyarakat mengkonsumsi makanan, perlu dimasyarakatkan
perilaku yang baik dan benar sesuai dengan kaidah Ilmu Gizi. Perilaku ini
diwujudkan dalam bentuk pesan dasar gizi seimbang, yang pada hakikatnya
merupakan perilaku konsumsi yang baik dan benar untuk bangsa Indonesia.
A. KONSEP DASAR GIZI SEIMBANG
Ilmu
Gizi adalah ilmu yang mempelajari cara memberikan makanan yang sebaik baiknya
agar tubuh selalu dalam kesehatan yang optimal.
Pemberian
makanan yang sebaik-baiknya harus memperhatikan kemampuan tubuh seseorang
mencerna makanan, umur, jenis kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi lain
seperti sakit, hamil, menyusui.
Untuk
hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat
gizi (karbohidrat , protein, lemak, vitamin dan mineral) dalam jumlah cukup,
tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Di samping itu, manusia memerlukan
air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faali dalam tubuh. Apabila kelompok zat gizi tersebut diuraikan
lebih rinci, maka terdapat lebih dari 45 jenis zat gizi.
Secara
alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki keunggulan dan
kelemahan tertentu. Beberapa makanan mengandung tinggi karbohidrat tetapi
kurang vitamin dan mineral. Sedangkan beberapa makanan lain kaya vitamin C
tetapi miskin vitamin A.
Apabila
konsumsi makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan timbul
ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan
zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan
mengonsumsi makanan sehari-hari yang
beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi
oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain, sehingga diperoleh masukan
zat gizi yang seimbang.
Jadi, untuk mencapai masukan zat gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi
hanya oleh satu jenis bahan makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam
bahan makanan.
Keterangan
di atas juga berarti ada saling
ketergantungan antar zat gizi. Misalnya penyerapan yang optimun dari masukan
vitamin A memerlukan kehadiran lemak sebagai zat pelarut dan mengangkut vitamin
A ke seluruh bagian tubuh. Selain itu, apabila cadangan mangan (Mn) di dalam
tubuh kurang, maka vitamin A juga tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara
optimal. Contoh lain, diperlukan vitamin C yang cukup dalam
makanan untuk meningkatkan penyerapan zat besi (Fe).
Pada
masa lampau, susu seringkali mendapat pujian, karena bernilai gizi tinggi.
Makanan lain dinilai rendah karena kurang bergizi. Sesuai konsep keterkaitan
antarzat gizi, sudah saatnya penilaian
kualitas makanan yang didasarkan pada pengagungan terhadap kandungan zat gizi
mulai ditinggalkan. Kini saatnya memasyarakatkan adanya ketergantungan antarzat
gizi atau antarberbagai jenis makanan. Setiap jenis makanan memiliki peranan
masing-masing dalam menyeimbangkan masukan zat gizi sehari-hari.
B. 12 PESAN DASAR GIZI SEIMBANG
Sekali
lagi, upaya menanggulangi masalah gizi ganda, yakni gizi kurang dari gizi
lebih, adalah membiasakan mengonsumsi hidangan sehari-hari dengan susunan zat
gizi yang seimbang. Untuk maksud tersebut, ada 12 Pesan Dasar Gizi Seimbang
yang perlu diikuti.
- MAKANLAH ANEKA RAGAM MAKANAN
- MAKANLAH MAKANAN UNTUK MEMENUHI KECUKUPAN ENERGI
- PILIHLAH MAKANAN BERKADAR LEMAK SEDANG DAN RENDAH LEMAK JENUH
- GUNAKAN GARAM BERYODIUM
- MAKANLAH MAKANAN SUMBER ZAT BESI
- BERIKAN ASI SAJA PADA BAYI SAMPAI UMUR 4 BULAN DAN TAMBAHKAN MP-ASI
SESUDAHNYA
- BIASAKAN MAKAN PAGI
- MINUMLAH AIR BERSIH, AMAN YANG CUKUP JUMLAHNYA
- LAKUKAN AKTIVITAS FISIK DAN SECARA TERATUR
- HINDARI MINUM MINUMAN BERALKOHOL
- MAKANLAH MAKANAN YANG AMAN BAGI KESEHATAN
- BACALAH LABEL PADA MAKANAN YANG DIKEMAS
II.3.
Masalah Gizi
1. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara
barat dan kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan
berat badan berlebih, apalagi pada lansia penggunaan kalori berkurang karena
berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun
disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus
berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan darah
tinggi.
2. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial
ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah
dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal
ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang
tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit
menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
3. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan
ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan
berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak
bersemangat.
II.4.
Karakteristik Menu dan Contoh menu sehari lengkap
Syarat dalam penyusunan menu lansia
• Menu hendaknya mengandung zat
gizi dari beranekaragam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun
dan zat pengatur.
• Jumlah kalori yang baik untuk
dikonsumsi oleh usia lanjut adalah 50% dari Hidrat Arang yang bersumber dari karbohidrat
kompleks.
• Jumlah lemak dalam makanan dibatasi,
yang 20-25% dari total kalori.
• Jumlah protein yang
dikonsumsi sebaiknya 10-15% dari total kalori.
• Makanan sebaiknya mengandung
serat dalam jumlah besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati,
yang dikonsumsi dengan jumlah yang bertahap.
• Menggunakan bahan makanan
yang tinggi kalsium, seperti susu non fat, yoghurt, ikan.
• Makanan mengandung zat besi
(Fe) dalam jumlah besar, seperti kacang-kacangan, hati,daging, bayam atau
sayuran hijau.
• Membatasi penggunaan garam. Perhatikan label makanan yang mengandung garam,
seperti adanya monosodium glutamat, sodium bikarbonat, sodium citrat.
• Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang
segar dan mudah dicerna.
• Hindari bahan makanan yang mengandung alkohol dalam jumlah besar.
• Makanan sebaiknya yang mudah
dikunyah, seperti bahan makanan lembek.
• Perlu diperhatikan porsi makanan,
jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga
dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil.
• Lebih dianjurkan untuk mengolah
makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi makanan yang
digoreng
Contoh menu sehari :
Pagi : Bubur ayam
Jam 10.00 : Roti
Siang : Nasi, pindang telur, sup, pepaya
Jam 16.00 : Nagasari
Malam : Nasi, sayur bayam, tempe
goreng, pepes ikan, pisang
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Pada usia lanjut secara umum terjadi penurunan
fungsi organ, misalnya kesehatan mulut buruk : penyakit gigi dan gusi, susah
menelan, dan mulut kering. Sehingga nafsu makan menurun.
Selain itu kemunduran dan kelemahan lansia yang
lain : Pergerakan dan kestabilan terganggu, intelektual terganggu (mudah lupa),
Infeksi, kontipasi, dan mal nutrisi. Serta kemunduran proses penyembuhan.
III.2. Saran
Keluarga atau perawat dituntut untuk lebih sabar
dan telaten dalam memenuhi kebutuhan lansia tersebut, karena pada dasarnya
banyak menggantungkan diri pada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
MB,
Arisman, Dr., Gizi Dalam Daur Kehidupan,
2007, Jakarta : Penerbit buku Kedokteran ECG.
Semoga artikel Ilmu gizi daur Kehidupan "Lansia" bermanfaat bagi Anda. Jika kamu suka dengan artikel Ilmu gizi daur Kehidupan "Lansia" ini, like dan bagikan ketemanmu.
Post a Comment